6.10.08

Pulang Basamo 2008

Mudik alias pulang kembali ke udik (LoL) adalah tradisi ramadhan-syawal yang HOT banget di Indonesia. Ada beberapa versi mudik. Mudik murah-Mudik mahal. Mudik mau capek-Mudik tinggal enaknya aja. Mudik jauh-Mudik dekat, dan berbagai jenis mudik lainnya. Di keluarga gw, mudik sudah wajib hukumnya setiap lebaran datang. Selama bertahun-tahun, biasanya yang kami lakukan adalah mudik murah jarak dekat. Hanya saja atmosfir mudik yang riweuh, mau capek dan penuh rasa kebersamaan baru bisa gw rasain sejak kami pindah ke Bogor di tahun 2003. Sejak tahun tsb, keluarga gw mudik versi jauh Jawa-Sumatera dengan mobil pribadi. Kami menolak naik pesawat dengan alasan : 1) Naik pesawat ga kerasa mudiknya karena cuma bentar doang di jalan, 2)dari Bandaranya Padang ke kampung gw butuh 3 jam perjalanan pake angkutan darat, jadi dipikir2 sekalian aja bawa mobil....

Selama lima tahun terakhir, kami selalu memulai mudik pada pukul 12 malam, menyeberangi Selat Sunda di pagi buta dan melintasi jalur tengah Sumatera dengan lokasi pemberhentian di Lahat. Kemudian kami transit di Padang untuk kemudian melepas rindu dengan kampung halaman di Pasaman sekitar 4-5 hari, lalu melintasi Maninjau menuju Bukittinggi. Transit di sana sehari lagi untuk berwisata kuliner di pasar Teleng. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Padang kembali melewati Mak Syukur untuk menikmati seporsi sate khas Padang Panjang ditemani sorbat telur dan Jangek. Hmmm! Yummy! Dan selama bertahun2 itu Adam Air masih beroperasi, tiket pesawat murah semua, orang2 lebih pilih pulang kampung naik pesawat ketimbang jalan darat....sehingga selama itu kami nggak pernah mengalami hambatan dalam perjalanan.

Tahun ini beda...
Sebelum mudik sempat baca artikel di KOMPAS kalo orang Minang sedunia mau pulang kampung Oktober ini (kebayang penuhnya SumBar kayak apa...)
Waktu itu hanya berpikir, ya udah pulang mah pulang aja orang Minang sedunia.
Ga mikir gimana alat transport yang mereka pake dll dsb.
Maka berangkatlah kami sekeluarga dengan riang gembira pada tanggal 26 September jam 11 malam.
Tol Jagorawi : lancarrrr
Tol Tomang : Lancar...
Cikupa : Lancar
Akhir tol Merak, 10 KM dari Merak : Macet cet cet. Pamer SuSu Panas!Padat Merayap Susul Menyusul, KePANASan!jiah...hahahaha!
11 Jam sendiri terjebak macet untuk bisa masuk ke Ferry.
Udah gitu nyampe di Ferry ada aja tragedi kayak mobil pas di belakang mobil gw nabrak truk yang lagi parkir dengan cantiknya.
Untung Ferrynya cepat dan tangkas.
1 jam 45 menit udah mengantarkan kami menuju tanah Sumatera.

Cobaan ngga berhenti di situ aja ternyata.
Akibat terjebak macet, otomatis ga nyampe target dong.
Tadinya target hari pertama menginap di Lb Linggau biar bisa nyampe Padang Sore dan kami bisa jalan2 dulu....
Ternyata oh ternyata akibat macet dan ramainya kendaraan pribadi serta bis yang menyebabkan kecepatan konstan di 80 KM/jam, hari pertama kami menginap di Baturaja.
Kendaraan pribadi yang mendominasi ditempeli kertas2 bertuliskan "PULANG BASAMO 01, 02, 03, 04, 05 dst".
Bis2 AKAP menggila akibat tingginya harga tiket pesawat dan orang2 lebih memilih jalan darat yang harganya lebih terjangkau....
Hari kedua, tancap gas sampai Padang dan beneran menginjakkan kaki di kota Padang jam 10 lewat 5 menit malam. Hyahahahahah! Buka Basamo Akbar?Lewaaattt...
Udah mau nangis darah dan gigit jari sampai akhirnya ada orang bego tapi mengaku ganteng menculik gw malam2 dari hotel...
Pertama-tama diajak membuktikan fenomena baru usaha restoran di Padang yang sudah gag fair lagi seperti yang dia kisahkan di sini , lalu seperti masa2 jahiliyah kami dahulu, kami memutari padang nan sepi sunyi senyap itu sambil cerita2 horor, dan memutuskan stay di Shaker sebelah Gramedia sampai sahur menjelang.
Gag puas menjadi makhluk malam, siang2 pun ketemu lagi.
Kali ini mengitari Pantai Padang sampai bego.
Berhenti beli Risoles paling enak sePadang di Hoya lalu ngobrol ngalor ngidul ga jelas di tepi Muara....ah, sempat juga nyaris nyasar ke Seberang Padang melalui Jembatan Siti Nurbaya.
Tiba-tiba dia ayan dan harus masuk Rumah Sakit Yos Sudarso. Maka selesailah cerita kami. Hyahahaha, engga ding...gw harus ke Pasaman dan dya harus melanjutkan tidurnya.

Di Pasaman, keluarga kecil tapi besar ini udah gag berkumpul lengkap begini sejak 12 tahun yg lalu...pertemuan terakhir adalah tahun 1996 di mana Mbah Kakung masih ada. Sekarang, di saat Mbah Putri udah gag inget mana anak dan mana cucunya lagi, kami kembali berkumpul. Ironis. hahahahaha *ketawa miris*
7 orang anak dan 7 orang pasangan anaknya, 19 cucu dan 8 orang cicit...Rame benerrr!
Karna generasi cucu mulai banyak yang beranakpinak, maka bayi2 dan balita bertebaran di sana sini bagiakan anai-anai berterbangan....hyahaha...menyeramkan analogi gw!
Tapi inilah dia. Di sini ini letak kesenangannya. Kebersamaannya, Riweuhnya, pembagian tugas nyabutin bulu ayam dan motong kambing...
siapa yang merangkai ketupat dan siapa yang ngisi beras ke dalamnya...
siapa yang meracik bumbu dan siapa yang merapikan seisi rumah.
Di kala luang ada yang bermain gundu dan ada pula yang memanjat pohon kelengkeng di depan rumah.
Sepak tekong kembali beraksi, dan hiking menyusuri Batang Tipo menjadi agenda yang tak terlewatkan.
Malam Id Fitri, biarpun hujan, tetap aja gag ketinggalan kebersamaan.
Ngikutin bedug keliling sampai ke Simpang 4 dan menyaksikan kembang api mercon....

Hmmm...sayang waktu juga yang memisahkan.
Semua harus bubar.
Sedih sih, tapi agak2 terobati dengan dipertemukannya gw dengan Sate Mak Syukur dan Martabak Kubang. Hmmm...hahahaha!

Malam terakhir di Padang, saya kembali bertemu dengan orang bego yang beneran jadi agak sedikit ganteng dengan potongan rambut barunya. Terimakasih ya wahai Pria Bego!
Sekali bego tetaplah bego.... Hidup kebegoan! Dan jalan2 bersama si bego ini mengoleh2i gue dengan luka goresan di jari manis kiri...sungguh bego pria ini...jari manis kiri harusnya dikasih cincin ini malah dikasih luka goresan....

Perjalanan dilanjutkan dan akhirnya Pulang Basamo 2008 berakhir dengan pertemuan tak terduga di atas ferry antara keluarga generasi anak ke tiga dengan anak ke lima alias ibu dan Pakde gw. Di Buritan Ferry Nusa Jaya yang sedang berlabuh di tengah tenangnya Selat Sunda malam tadi, kami berjanji... biar kata suatu hari nanti tidak ada lagi Mbah yang mempersatukan, kebersamaan itu harus tetap ada, harus terus diperjuangkan oleh generasi berikutnya: generasi cucu, generasi gue, Tiara, Bagas dan sepupu2 kami tercinta...=)

2 opinion(s):

Shanti said...

ih seru BGT!!
kapan2 bawalah aku wisata kuliner ke sana yaa.. Jangek itu apa Phy?

oPHy said...

hahaha...Jangek itu kerupuk kulit khas SumBar, Cun...MANTAB lah ituuu....ayo kesana! Kalo udah lulus2an yaa...
Kita jalan2 mengelilngi tanahair...
haha, jadi ingat seseorang yang setelah lulus berencana backpacking kllg Indo...hmm...heuheuheu...

 
Header image by oPHy
Template by suckmylolly.com