10.8.10

Kebetulan

Saya dalam perjalanan akan tidur, kebetulan saya melihat modem nganggur di kasur. Tepat pada saat itu, bertralala trilili si Stitch, pertanda ada BBM masuk dari teman saya yang kebetulan lagi gatal mengomentari status BBM saya-lirik OST Glee. Dari sekedar bertegursapa, berkembang menjadi tukar cerita dan kebetulan sampai pada obrolan mengenai wadah masing-masing dalam berkeluhkesah: blog. Saya jadi teringat pada Metamorphy (M)) yang berbulan-bulan saya cuekin. Ralat. Bukan dicuekin, tapi saya memang kehilangan passion untuk mengunjunginya. Ibarat pacaran, saya jenuh dan suntuk pada entah apa, lalu si M ini yang jadi korbannya. Meski demikian, saya belum putus. Saya tidak mau putus. Saya tahu suatu saat saya ingin kembali pada M. Maka dari itu, saya terlantarkan saja lah dia. Berbulan-bulan setelah itu, berkat kebetulan-kebetulan di atas, saya memutuskan kembali ke M.

Maka, M, saya berhutang cerita padamu.
Kamu bertanya kemana saja saya.
Tahukah kamu M, ada sebuah kota yang dinamai "kota yang baik"?
Saya ke sana mencari kebaikan yang terkandung dalam namanya. Saya kemudian menemukan sebuah goa, bernaung di sana, dan melakukan kegiatan-kegiatan purba semacam berburu dan meramu. Kadang-kadang saya bersemedi. Apa? kamu bilang apa bedanya bersemedi dengan berkontemplasi? Ya beda dong, M sayang. Bersemedi mendatangkan pengetahuan. Berkontemplasi mendatangkan kesadaran.
Kamu menggerutu, untuk apa mencari pengetahuan.
Karena kesadaran mungkin baik, tapi belum tentu benar. Untuk tahu yang benar, kita butuh pengetahuan.
Kamu mengangguk-angguk. Saya tidak tahu anggukan paham atau anggukan sosial.
Tapi saya percaya, kamu berusaha menerima.

Kamu menuntut saya bercerita tentang lingkungan saya?
Well, pada awalnya saya tidak terbiasa, tapi bukan berarti saya tidak suka.
Saya mencoba apa saja. Apa saja itu kemudian menjadikan saya perlahan-lahan jatuh cinta.
Kamu curiga, ada homo sapien lainkah yang saya ijinkan berbagi goa?
Goa saya sangat besar dan banyak kamar-kamarnya seperti Goa Jepang di Bukittinggi.
Eh, tapi goa saya ini goa purba. Bukan goa buatan ya. Ada satu kamar di pojok goa. Gelap, lembap, burung hantu dan kelelawa saja tak sudi mampir. Awalnya saya biarkan kosong. Kemudian, tau-tau saya temukan kamar itu sudah berpenghuni.
Hey, kamu jangan terkekeh menyebalkan dulu, M.
Si penghuni itu hanya seorang musafir yang ingin numpang berteduh, kebetulan dia melihat goa saya dan si kamar paling pojok yang lembap dan bau. Saya senang bicara ini-itu dengannya. Saya senang bertukar cerita. Kenapa? kamu masih bertanya. Ya karena dia seorang musafir. Pengalamannya lebih-lebih dari seorang saya. Pengetahuannya melengkapi hasil bermalam-malam semedi saya.
O, tidak tidak, M. Saya tidak sedang jatuh cinta. Dia spesial, tentu saja. Tapi hanya sebatas teman segoa. Kamu tahu kan, di negeri kosmopolitan nun jauh di suatu tempat, saya juga menganggap beberapa teman spesial? Iya, yang nama-nama mereka saya ukirkan di dinding kamarmu, M. Nah, sespesial itu lah dia dan segala pengembaraannya.

Kamu menatap seratus persen ingin tahu, bahagiakah kamu sekarang?
Ah, pertama-tama ijinkan saya meralat pertanyaanmu, sayang.
Salah satu teman kosmo terbaik saya bilang akan lebih tepat menyebut "keseimbangan", instead of "kebahagiaan".
Ya. ya. ya. kamu tak sabar. Seimbangkah kamu sekarang?
Kebetulan, saya juga sedang memikirkannya, M mi querida.
Critical value keseimbangan mungkin akan selalu berubah-ubah, sehingga kita semua (termasuk saya) akan terus bertanya-tanya "sudahkah saya mencapainya?".
Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaanmu ini, M. Tapi satu yang pasti, seimbang tidak seimbang, saya ingin selalu bersyukur atas kebetulan-kebetulan yang mengantar saya hingga ke titik ini.
Kebetulan saya memutuskan mengembara ke kota yang baik.
Kebetulan saya bertemu dengan seorang musafir spesial.
Kebetulan apa saja yang saya coba malah membuat saya jatuh cinta dengan si kota baik.

"Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apa artinya?"
(Manjali dan Cakrabirawa)

4 opinion(s):

Trying to be Wealth Manager said...

pesan yg ingin disampaikan apaan tuh?

-LilsTar- said...

semoga M tidak ditelantarkan lagi..:)

Rhein Fathipet said...

ampun dah, phy... beneran lama bener terlantar..

Yudha Andriyanto said...

ternyata M nya terlantar lagi.... hahaha

 
Header image by oPHy
Template by suckmylolly.com