3.6.07

Gadis-hujan, Ksatria malam, Bintang Jatuh dan Malaikat Kematian

Far-Far away, hiduplah seorang gadis biasa-biasa saja.
Ia tidak cantik namun tidak pula terlalu jelek.
Ia tidak pintar, tapi tidak bodoh-bodoh amat.
Ia tidak terkenal, namun cukup punya kenalan.
Tapi ia mencintai hujan.
Sangat.
Ia biasa dipanggil, "gadis hujan"

Dahulu, ia punya kekasih.
Ksatria dari negeri di mana malam seolah abadi.
Ia gagah dan pemberani.
Ia begitu memikat hati.
Memberi warna-warni,
Menghadiahi sang gadis-hujan selengkung pelangi....
Sang gadis selalu memanggil kekasihnya, "Ksatria Malam".

Suatu hari, Sang Ksatria hendak berkelana.
Sebelum berangkat, ia berkata pada sang gadis, "Tunggu aku, jangan kemana-mana. Nikmati saja langit hujanmu"
Sang gadis menurut.
Percaya bahwa Sang Ksatria akan memenuhi janji.
Namun lama ditunggu, sang Ksatria tak kunjung kembali.
Sang gadis gundah dan bertanya-tanya,
Kemanakah gerangan perginya Ksatria?
Apakah ia baik-baik saja?
Apakah ia masih ingat pada janjinya?

Suatu siang, matahari memberi kabar pada sang gadis,
"Wahai gadis hujan, Ksatria-mu telah mati"
Sang gadis menangis, nyaris gila, kemudian....
Ia memilih untuk mati saja.
Menyusul kekasihnya yang telah pergi ke alam baka.

Namun, di suatu malam saat sang gadis meregang ajal,
di salah satu sudut langit malam yang bertabur bintang,
sesuatu bergerak perlahan.
Sang gadis tertarik. Ia pun mengamati.
"Oh, Bintang jatuh!" Teriaknya gembira.
Ia percaya bahwa bintang jatuh membawa kebahagiaan untuknya.
Ia pun menunda untuk mati.
Ingin bertemu saja dengan bintang jatuhnya.

Bermalam-malam kemudian, ia sering duduk-duduk di bawah langit malam.
Kesukaannya kali ini hujan dan juga langit malam.
Tentu saja untuk bertemu dengan bintang jatuh yang ia yakini membawa kebahagiaan.

Dan si Bintang yang bermalam-malam lalu ia lihat, kembali tampak di langit malam.
Kali ini lebih jelas.
Kali ini lebih nyata.
Sang gadis nyaris bersorak bahagia.
Namun ia urungkan, kegembiraannya tercekat di tenggorokan.
Ternyata yang ia lihat bukan bintang jatuh.
Yang ia lihat hanyalah kerlip lampu pesawat ulang-alik.
Sepintas memang seperti bintang jatuh, namun ia tidak membawa kebahagiaan seperti halnya bintang jatuh.

Sang gadis kecewa.
Semakin hari, ia semakin larut dalam kekecewaan.
Ia pun teringat kembali pada niatnya untuk menyusul ksatria malam ke alam baka.
Benar.
Ia ingin mati saja.
Kali ini ia benar2 ingin mati saja.
Dalam kebulatan tekad untuk mati, datanglah kabar dari angin utara,
"gadis-hujan, kastria malam sudah kembali.... Tapi ia bukanlah ksatria malam lagi"
Kabar dari angin utara membuat gadis hujan bahagia sekaligus sedih.
Ksatianya sudah kembali namun tidak lagi sebagai ksatria malam?
Apa maksudnya?
Sang gadis-hujan bertanya2 dalam hati.
Ia berusaha mencari dan mencari sang ksatria yang bukan ksatria malam lagi.
Ia bertanya pada hujan,
Ia bertanya pda pelangi,
Ia bertanya pada awan,
Ia bertanya pada kupu-kupu,
Ia bertanya pada kunang-kunang,
Ia bertanya pada bulan,
Ia bertanya pada matahari,
Ia bertanya pada rerumputan,
Ia bertanya pada hutan,
Ia bertanya pada pantai,
Ia bertanya pada gunung,
Mereka bungkam.
Seolah sepakat untuk tidak memberi jawaban.
Sang gadis menangis.
Memohon pada Tuhan untuk memberikannya jawaban.
Tuhan pun mengirimkannya Malaikat Kematian.

Malaikat kematian datang tepat di suatu malam yang dingin.
Saat itu hujan.
Sang gadis-hujan sedang berdiri diam dalam kegelapan.
Sang Malaikat mendekatinya dalam sunyi.
Waktu seolah berhenti saat keduanya bertatapan.
"Kematianku sudah datang?' Tanya sang Gadis.
"Belum. Belum saatnya kamu mati" Jawab malaikat kematian.
"Lalu mengapa kamu datang?Bukankah kamu hanya mendatangi orang-orang yang sudah sepantasnya mati?"
"Aku datang karena Tuhan mengirimkanku sebagai jawaban, Gadis. Aku adalah Ksatria Malam. Aku diangkat Tuhan menjadi Malaikat Kematian. Aku mengembara kemana aku diperintah untuk mendatangi orang-orang yang sudah seharusnya mati. Namun kali ini Tuhan tidak mengirimkanku untuk memperlihatkanmu kematian, Melainkan memperlihatkanmu sebuah jawaban. Inilah jawaban atas penantian dan doamu"
" Lalu, bagaimana caranya supaya aku bisa mati?bagaimana caranya supaya aku dapat bertemu denganmu lagi?haruskah aku membunuh diriku sendiri untuk bertemu kamu lagi?"
" Sabarlah Gadis. Kematian yang indah akan datang pada orang yang mau menunggu dengan sabar. Jika saatnya tiba, aku sendiri yang akan memperlihatkan kematian untukmu. Tunggulah kematianmu. Tunggulah aku"

Malaikat kematian pun pergi.
Bagaimanapun si gadis-hujan berdarah, menangis, berdoa dan berharap...
ia belum pernah mendatangi si gadis kembali.

belum saatnya.
belum saatnya untuk mati.
jika saatnya tiba,
aku pun akan mati.
lalu bertemu kamu,
malaikat-kematianku.

* Judul terinspirasi dari Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh (by Dewi Lestari) serta Putri Hujan dan Ksatria Malam (by Sitta Karina)


1 opinion(s):

Anonymous said...

phy, makin keren aja tulisan2nya... :)

katanya mau nge-link gue!? mana??

udah baca blog gue yang baru belum?? ntar gue telp elo deh... tapi di rumah aja, ya, biar murah!! hahaha...

 
Header image by oPHy
Template by suckmylolly.com