Penjelajah bintang.
Akhir-akhir ini hujan, angin malam, matahari, bulan dan awan sering membicarakannya.
Menurut mereka, ia adalah sosok khafilah yang menunggangi unicorn bersayap emas.
Kesukaannya adalah mengembara jauh bintang demi bintang. Galaksi demi galaksi.
Tidak ada yang tahu dari mana ia datang.
Tidak ada pula yang bisa meramalkan kapan ia pergi.
Ia misterius.
Ia angkuh.
Ia tidak dapat diterka.
Kali ini, persinggahannya adalah bimasakti.
Tak lupa ia mengunjungi matahari.
Darinya, Sang Penjelajah mendengar cerita dari bumi tentang cinta tak bersyarat.
Tentang seorang gadis yang menunggu kekasihnya kembali, meski harus dibayar mahal dengan kematian.
Penjelajah begitu tertarik,
pikirnya, "gadis ini pastilah sesuatu yang unik"
Maka ia memutuskan mendatangi bumi.
Karena itulah akhir-akhir ini hujan, angin malam, matahari, bulan dan awan membicarakannya.
"Hai gadis, persiapkan dirimu"
" Hai gadis, jangan lagi kamu bermuram durja. Sudah saatnya kamu akan bahagia"
" Hai gadis, lupakanlah malaikat kematian. Ia tidak akan datang jika takdir tak mengizinkan"
Mereka berusaha memberitahu gadis hujan yang sedang menikmati kehampaan.
Gadis hujan menjawab lirih,
" Apa itu kebahagiaan jika bukan kematian dan kehidupan yang baru untukku?"
Bulan menasehati,
" Gadis hujan, kehidupan yang baru dapat kau raih tanpa harus bertemu dengan kematian"
Namun si Gadis menepis,
" Tapi Bulan, kematian adalah awal dari kehidupan baru, bukan?"
Hujan dan Angin malam angkat bicara,
" Untuk apa kamu menyibukkan diri menghadapi kematian jika kematian itu tidak jelas datangnya kapan?"
" Bukankah kita semua tahu bahwa malaikat kematian dan kamu berbeda alam?"
" Bukankah kita semua tahu bahwa ia di sana disibukkan dengan urusan-urusan dari Tuhan?"
"Bukankah kita semua tahu bahwa saat ini ia adalah milik Dewi Kematian?"
Gadis Hujan menanggapi dengan hampa,
"Aku masih mencintai malaikat kematian, teman-teman"
Hingga di suatu malam yang cerah, penjelajah bintang mendatangi gadis hujan.
"Ssst....gadis, inilah kebahagiaan yang kami bicarakan" Bisik Angin malam.
"Aku tidak tertarik pada segala macam hubungan, kecuali berteman" Jawab si gadis sinis.
Gadis hujan dan Penjelajah bintang kemudian berkenalan.
Tak lama terjalin sebuah percakapan.
Penjelajah menawarkan persahabatan, sang gadis menjawab dengan sebuah anggukan.
"Tuan Penjelajah,
Lebih suka hitam atau putih?
Lebih suka mendengarkan atau didengarkan?
Lebih suka pesawat atau kapal?
Lebih suka hujan atau panas?"
" Hitam dan putih, aku suka keduanya. Karena di dunia ini tidak ada yang benar-benar hitam dan benar-benar putih, bukan?
Aku lebih suka didengarkan, tetapi tidak keberatan untuk mendengarkan.
Aku juga menyukai hujan sama seperti kamu.
Dan ingat Gadis, aku tidak pernah mengendarai pesawat maupun kapal. Tentu saja, aku lebih memilih unicorn-ku"
" Gadis,
menurut kamu apakah itu cinta?"
" Cinta bukan sesuatu yang dapat didefinisikan, Tuan Penjelajah.
Sehingga aku tidak pernah dapat menjawab pertanyaan seperti yang Tuan tanyakan.
Menurutku, untuk tahu apa itu cinta, yang Tuan perlukan hanyalah melihat, mendengar dan merasakan"
"Lalu, ketika aku menyebut cinta, apakah yang kamu lihat, dengar dan rasakan?"
"Kematian-ku"
" Mengapa?"
"Karena itulah saatnya aku berjumpa dengan Sang Malaikat Kematian"
" Apakah saat ini kamu sedang mengharapkannya?"
"Tentu saja, Tuan. Apa lagi yang dapat membuat aku bahagia selain bertemu dengannya?"
"Kalau begitu, ikutlah denganku. Aku akan mendatangi Proxima Centauri**). Semoga dalam perjalanan kita, kamu belajar mengenai kehidupan"
Maka berangkatlah Gadis hujan dan Penjelajah Bintang.
Ia berharap di perjalanannya kematian mendatanginya.
Ia berharap malaikat kematian mengambil jiwanya dan membawanya serta ke alam lain di sana.
Sama sekali tak diacuhkannya perjalanan indah bersama Penjelajah.
"Gadis hujan, apakah kamu mencintai malaikat kematian?" Suatu ketika penjelajah bintang bertanya.
" Sudah jelas jawabannya, Tuan"
" Apakah malaikat kematian mencintai kamu?"
Gadis hujan terdiam, " Barangkali. Tapi aku dapat memastikan bahwa dahulu ketika ia masih menjadi ksatria malam***), ia benar-benar mencintaiku"
" Berarti kamu mengharapkan ksatria malam, bukan malaikat kematian"
" Apa bedanya jika keduanya sama saja?"
" Waktu yang membuat mereka berbeda, Gadis"
Jawaban itu membuat gadis hujan terdiam.
dalam diam ia tahu-tahu tertarik pada sosok angkuh Penjelajah Bintang.
Sang Penjelajah sepintas menyebalkan.
Namun, kata-katanya cukup mengena perasaan.
Sang Gadis Hujan tiba-tiba menyimpan sebuah pertanyaan.
Apakah sang penjelajah bintang yang memiliki jawabannya?
11.1.08
Gadis Hujan dan Penjelajah Bintang*)
---to be continued---
* Sebelum baca kisah ini, lebih baik baca dulu deh yang ini
** Bintang terdekat dari matahari, berjarak 4,23 tahun cahaya (kalo salah, benerin yaaa!).
*** Engga ngerti kaaaaan? Makanya gue bilang baca dulu yang ini
Directed by oPHy at 8:41:00 PM
Episode: The Chronicle of Gadis-Hujan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 opinion(s):
Post a Comment